Sabtu, 26 Juni 2010

Memahami seputar AFTA


1. Jika mengamati produk-produk negara ASEAN yang didisplay di supermarket, harganya masih lebih mahal daripada produk Indonesia. Jika dipotong dengan bea masuk, sepertinya produk Indonesia masih bisa bersaing. Relatif amanlah.

2. Harga tenaga kerja yang merupakan salah satu komponen biaya produksi masih bisa bersaing. Ambil contoh yang paling rendah: honor pekerja rumah tangga, TKI masih menarik banyak orang. Artinya, honor TKI lebih mahal drpd pekerja di Indonesia. Tetapi sepertinya jika terjadi pemotongan biaya produksi malah akan perkara. Jika negara tetangga memotong biaya produksi dengan cara menurunkan upah buruh, maka mencari nafkah di negeri tetangga (jadi TKI) sudah tidak menarik lagi. Jika ini terjadi, bisa-bisa akan terjadi tsunami pulang kampung TKI. Kalau mereka pulang kampung, hanya sedikit dari mereka yang mau menurunkan standar gaji. Maksudnya, mereka tetap mau bekerja dengan menuntut gaji yang diterima sebelumnya seperti di negeri tetangga.

3. Dalam persaingan perdagangan ada hitungan: yang menjual lebih banyak tetapi membeli sedikit itulah yang mendapatkan untung banyak. Singapura adalah contoh paling dekat. Negara ini benar-benar negara pedagang : membeli bahan baku dari Indonesia dengan harga rendah, dipoles sedikit lalu dijual dengan harga berlipat ganda (ke Indonesia lagi); atau memproduksi di Indonesia dengan biaya murah, dikirim ke Singapura untuk proses label buatan Singapura lalu dijual dengan harga berlipat (ke Indonesia juga dan laku pula).

4. China mampu memiliki tenaga kerja yang murah, mampu menghasilkan produk dengan harga murah. Sekarang ini sudah banyak produk China beredar di Indonesia, mulai dari pakaian, makanan, HP dan barang elektronik lainnya. Harga murah dan mutu produk terus diperbaiki. Ada produk yang dicibir, seperti kendaraan roda dua, tetapi HP merk China terus meningkat penjualannya. Amerika sering bertengkar dengan China. Itu menandakan Amerika mulai gelisah terhadap produk-produk China : harga murah dan produk serupa dan cenderung mengabaikan kekayaan intelektual.


5. ASEAN sudah menandatangani kerjasama Perdagangan Bebas juga dengan China (CA FTA -China ASEAN Free Trade Area). Tahun ini sudah mulai jalan. Siapa tidak mau produk China yang murah? Ada yang menanggapi pelaksanaan perjanjian yang digagas 2004 itu sebagai mimpi buruk.

6. Indonesia dengan penduduk yang paling banyak di ASEAN tentu merupakan pasar yang potensial. Pasar boleh terbuka, produk dari negara manapun boleh didisplay, tetapi jika masyarakat Indonesia tidak mau membeli produk tersebut dan lebih memilih produk Indonesia, siapa yang rugi? Gandi, tokoh India, telah membuktikan. Keteladanan hanya mau menggunakan produk dalam negeri dan didukung oleh rakyatnya, sikap tersebut mampu melawan penjajahan ekonomis. Indonesia pernah mendengungkan ekonomi koperasi, tetapi hampir tidak jalan mulus, karena terlalu banyak orang pintar dan para petinggi negeri yang lebih banyak belajar ekonomi ke Amerika, yang nota bene mengagungkan kapitalisme.
== Saya tidak tahu mengapa Indonesia sepakat menjual gas dengan harga sangat murah untuk jangka panjang ke China, sementara harga ke dalam negeri lebih mahal? Jika itu sebuah kesalahan, mengapa harga ke dalam negeri juga tetap sama agar dalam komponen biaya produksi (gas) antara China dan Indonesia juga sama? ===
7. Bagi saya, era perdagangan bebas adalah era peperangan dan perebutan kekuasaan dalam ranah ekonomi. Siapa dijajah oleh siapa; siapa menyerahkan upeti kepada siapa; dan itu tergangung dari pilihan kebijakan ekonomi negara kita : jika menyetujui kapitalisme, mari kita menjual dan menggadaikan kekayaan alam dengan harga murah untuk dapat perbesar hutang agar mampu membuat atau membeli perusahaan besar dengan mimpi bisa bersaing di kancah internasional, yang tentu hanya mampu dimanfaatkan oleh segelintir orang; atau jika kita mau berkooperasi, mari kita berkooperasi yang tidak sekedar simpan pinjam uang, tetapi lebih-lebih membeli dan menggunakan produk punya bangsa sendiri, dan tidak membeli atau menggunakan produk bukan Indonesia sendiri.
Note: Untuk baju kerja saya mulai suka batik (masih buatan Indonesia juga kah?)

0 komentar:

Posting Komentar