Sabtu, 19 Februari 2011

Akhir Jaman menurut Ajaran Gereja Katolik (bagian ke-1)


Pendahuluan

Saya teringat akan wejangan nenek saya tentang akhir zaman. Sebelum menjadi Katolik, ia adalah seorang Protestan. Sebelum ia wafat, ia pernah berkata demikian pada saya, “Sudah sejak saya masih kecil, saya mendengar akhir jaman dikhotbahkan dan ‘diramalkan’. Katanya sudah hampir datang, tetapi ternyata belum juga datang ya! Jadi lebih baik kita serahkan pada Tuhan, sedangkan bagian kita adalah rajin-rajin berdoa dan berbuat baik saja…” Saya rasa pesan ini sangat bijaksana, sebab jika kita melihat, memang apa yang dikatakan oleh nenek saya itu ada benarnya. Lihat saja, banyak orang meneliti ayat-ayat Alkitab untuk menghitung tahun untuk ‘meramalkan’ akhir jaman, lalu muncullah perkiraan, mulai dari tahun 200, 380, 838, 1000, 1260, 1533, 1844, 1914, 1988… hanyalah sekedar contohnya, tetapi tak ada satupun yang benar. Memang akhir zaman adalah suatu misteri. Kita tak akan mungkin dapat mengetahuinya secara tepat, dan pasti tidak mungkin kita ketahui sampai pada saatnya. Namun, ada banyak hal yang dapat kita ketahui tentang kedatangan Yesus yang kedua ini, dan jangan sampai kita tidak mau tahu tentang hal ini.

Mengapa ajaran Gereja Katolik berbeda dengan ajaran Protestan tentang ini?

Gereja Katolik dan Protestan sama-sama setuju bahwa Yesus Kristus akan datang kembali pada akhir jaman. Namun demikian, ada perbedaan yang cukup mendasar antara pandangan Protestan dengan ajaran Gereja Katolik tentang hal ini. Dua sebab historis yang cukup berpengaruh adalah:

  1. Gereja Protestan tidak melihat bahwa banyak nubuatan dari kitab Daniel yang telah terpenuhi pada masa Yudas Makabe. Karena Alkitab Protestan tidak memasukkan kitab Makabe, maka dapat dimengerti, mengapa demikian.
  2. Kurang memadainya pemahaman tentang kejadian seputar kehancuran Bait Allah di Yerusalem yang terjadi pada tahun 70 AD, yang juga merupakan pemenuhan sebagian dari perkataan Yesus sendiri pada Injil Matius, Markus dan Lukas.

Dua pandangan Protestan: Post- millenniarism dan Premilleniarism

Mungkin ada baiknya, sebelum kita mempelajari apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, kita melihat terlebih dahulu tentang apa yang diajarkan oleh gereja Protestan tentang akhir zaman ini. Gereja Protestan kebanyakan mengkaitkan kedatangan Yesus yang kedua dengan Kerajaan 1000 tahun yang disebutkan dalam Why 20:1-6. Mengenai hal ini terdapat dua pandangan yang berbeda: pandangan yang meletakkan kedatangan Kristus sebelum kerajaan 1000 tahun adalah Pre-millennialism, sedangkan yang meletakkan kedatangan Kristus sesudah kerajaan 1000 tahun adalah Post-millennialism.

Post-millenialism mencapai puncaknya pada abad 18-19 pada komunitas Anglo- Amerika, yang ditandai dengan pandangan optimistik tentang sejarah manusia, yang menuju kepada kemajuan secara universal. Pandangan ini mengharapkan 1000 tahun kejayaan Kristus yang akan tercapai dalam sejarah manusia. Pada akhir periode kejayaan ini, Iblis akan dilepaskan, perang Armageddon akan terjadi dan Kristus akan kembali datang dengan kemulian-Nya. Kerajaan 1000 tahun menurut pandangan ini mengacu kepada keadaan ideal di segala bidang, yang dihubungkan dengan revolusi politik dan keadilan sosial. Menarik di sini, bahwa ide ini bahkan juga mempengaruhi mental para atheists, seperti Marxism, Nazism dan regim totalitarian lainnya. Namun, dewasa ini, lama-kelamaan faham ini menjadi kurang populer, karena terjadinya kejadian-kejadian brutal di abad ke- 20, dan juga penurunan standar moral, di mana orang-orang tidak lagi menerapkan ajaran iman dan moral Kristiani. Maka pandangan akan kemajuan optimistik akan sejarah manusia dianggap menjadi terlalu naïf.

Maka sekarang, ada tendensi bahwa gereja Protestan tidak lagi mengharapkan kerajaan 1000 tahun melalui kemajuan sejarah manusia. Sebaliknya, mereka mengakui bahwa dimensi kehidupan manusia akan mengalami kemunduran di dalam hal iman dan moral. Nah, maka, timbullah paham Pre-millennialism, di mana keadaan manusia akan semakin memburuk, menjelang akhir jaman/ kedatangan Yesus yang kedua kali. Dalam pandangan ini, terdapat pengajaran yang dikenal sebagai Rapture dan Dispensationalism.

Apakah akan ada “the Secret Rapture”?

Sering kita dengar teori dari saudara/i kita yang Protestan, bahwa akan ada yang disebut sebagai “the secret rapture”. Yang paling terkenal adalah yang dapat kita baca dalam seri “Left Behind: A Novel of the Earth’s Last Days” karangan Tim LaHaye and Jerry Jenkins. Maksudnya di sini adalah di akhir jaman nanti Yesus akan datang dua kali: 1) Yang pertama, Yesus akan ‘mengangkat’ orang-orang yang sungguh beriman agar tidak mengalami pencobaan/ penderitaan di akhir jaman. [Orang ‘beriman’ yang dimaksud di sini adalah orang yang mengimani apa yang mereka ajarkan]. 2) Yang kedua, setelah pengangkatan ini, maka orang-orang yang tertinggal di dunia akan mengalami kesengsaraan akhir “final tribulation”, karena Antikristus akan dibiarkan berkuasa dan akan terjadi bermacam-macam bencana, yang mencapai puncaknya pada penghukuman orang-orang yang menolak Tuhan, pada saat kedatangan Kristus kembali. Jadi ini merupakan kedatangan Yesus yang ‘ketiga’, walaupun para rapturists mengatakan hal ini tidak terpisah dari kedatangan-Nya yang rahasia tersebut di atas.

Ketidaksepakatan dari para rapturists mengenai kapan rapture terjadi

Para rapturists tersebut mengatakan bahwa menurut Alkitab, kesengsaraan akhir akan terjadi pada tujuh tahun terakhir, dan “secret rapture” itu akan terjadi di dalam periode tersebut. Tetapi, di antara para rapturists itu, tidak ada kesepakatan, kapan sebenarnya akan terjadi “rapture” tersebut. Ada yang mengatakan sebelum kesengsaraan akhir (pre-tribulationists), namun ada juga yang yakin terjadi di tengah-tengah kesengsaraan (mid- tribulationists) dan sesudah kesengsaraan (post-tribulationists). Atau ada juga yang mengajarkan partial rapture, yang artinya hanya sebagian orang-orang Kristen saja yang ‘diangkat’ sebelum kesengsaraan akhir, sedangkan yang lain pada saat sesudahnya. Ketidaksepakatan ini tak jarang menyebabkan perdebatan yang keras. Suatu ironi, karena setiap rapturist itu mengklaim bahwa ia mengartikan secara harafiah berdasarkan “the plain sense of Scripture”. Rupanya, tentang rapture ini ternyata tidak terlalu “plain”/ jelas, bahkan di mata para rapturists itu sendiri.

Kalau begitu, dari mana mereka mendapatkan ide rapture ini?

Sebenarnya, ide “rapture/ pengangkatan” ini hanya dipegang oleh sebagian kecil dari umat Kristen di seluruh dunia. Umat Katolik, Ritus Timur Orthodox, dan bahkan jemaat Protestan sendiri banyak yang menganggap teori rapture ini sebagai sesuatu yang asing. Yang pasti, hal rapture ini tidak ada dalam syahadat Aku Percaya. Yang ada dalam Credo sebenarnya adalah “Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati, kerajaan-Nya tidak akan berakhir.” Syahadat tidak mengatakan apapun tentang kedatangan Yesus ‘tambahan’ secara rahasia untuk mengangkat umat beriman untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan akhir jaman. Jadi kesimpulannya, bukan saja hanya para Paus saja yang tidak mengajarkan rapture ini, bahkan para pendiri Gereja Protestan, yaitu Martin Luther, John Calvin dan John Wesley tidak mengajarkan rapture. Maka, jika ada orang bertanya, mengapa di Credo tidak disebutkan mengenai ‘secret rapture’ ini, karena memang ide ini tidak diimani oleh mayoritas umat Kristiani dalam sejarah Gereja, dan tidak berakar dari pengajaran Bapa Gereja.

Dispensationalism

Dispensationalism, adalah pengajaran yang dipelopori oleh John Nelson Darby (1859-1874), pemimpin sekte Kristen di Inggris, yang bernama Plymouth Brethern yang mengajarkan doktrinnya ke Amerika dan Kanada. Dinamakan ‘dispensationalism’ karena ia membagi sejarah manusia menjadi 7 masa dispensasi/ tahap dimana Tuhan menyatakan wahyu-Nya kepada manusia. Namun di setiap tahap, manusia gagal dalam ujian, sehingga penghakiman terjadi di akhir setiap tahap, dan tahap baru akan menyusul sesudahnya. Maka menurut Darby terdapat perbedaan tak terseberangi antara bangsa Israel dan Gereja, sehingga ia membagi misalnya, bahwa nubuat Perjanjian Lama hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel, dan tak ada satupun untuk Gereja. Menurut para dispensationalists, karena bangsa Israel menolak pembentukan Kerajaan Mesias di dunia dengan menolak Kristus, maka Tuhan menunda pembentukan Kerajaan tersebut, dan berpaling pada bangsa-bangsa non-Yahudi. Karenanya, jam/ lonceng nubuatan Yahudi berhenti berdetak, dan hanya lembali berdetak setelah Antikristus datang, dan ‘rapture’ orang-orang beriman terjadi. Setelah para beriman diangkat, maka akan ada penderitaan akhir/ great tribulation bagi dunia, dengan bangsa Israel sebagi pusatnya. Lalu Yesus akan datang ke dunia yang terakhir kali, dan berjaya selama 1000 tahun.

Dispensationalism dan ‘rapture’ tidak tertulis secara harafiah dalam Alkitab

Meskipun para rapturists mengatakan bahwa ide mereka diperoleh melalui “the plain sense of Scripture” namun di Alkitab tidak ada pernyataan yang jelas dan harafiah seperti ini: “Kristus akan kembali datang ke dunia secara rahasia untuk mengangkat umat-Nya ke surga dan kemudian sekali lagi dalam kemuliaan-Nya untuk menghakimi dunia.” Atau, “Tuhan akan mengangkat umat-Nya sebelum kejayaan Antikristus, untuk membebaskan mereka dari penghakiman/ kesengsaraan akhir.” Tidak ada satupun ayat yang mengatakan demikian.

Ayat yang sering mereka kutip adalah Mat 24:37-42, “Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya… kedatangan Anak Manusia. …kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain ditinggalkan… Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” Menurut para rapturists, maka yang dibawa/ diangkat adalah para orang percaya, sedangkan yang tertinggal adalah yang orang yang tidak percaya. Padahal banyak orang Kristen percaya, bahwa ayat ini mengacu pada penghancuran Yerusalem oleh bangsa Roma. Maka jika konteks air bah jaman Nabi Nuh yang dipakai sebagai acuan, …”air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua.” (Mat 24:37, 39) maka yang ‘dibawa/ dilenyapkan’ adalah orang-orang yang jahat sedangkan orang-orang yang benar malah ditinggalkan, yaitu Nabi Nuh dan anggota keluarganya. Namun demikian, meskipun diartikan bahwa yang diangkat adalah orang-orang yang benar, dalam ayat itu tidak dikatakan bahwa Yesus akan datang secara ‘rahasia’ untuk mengadakan pengangkatan umat pilihan-Nya.

Ayat lainnya yang sering dikutip adalah 1 Tes 4:13-17. Pada ayat ini Rasul Paulus bermaksud menghibur umat di Tesalonika akan kesedihan yang berlebihan meratapi anggota komunitas yang telah wafat, namun ia juga menyinggung tentang kedatangan Tuhan yang kedua: “Selanjutnya kami tidak mau saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-sama dengan Dia. Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit, sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”

Seorang ahli Alkitab Protestan, Douglas J. Moo yang menentang teori rapture mengatakan, “Teks Perjanjian Baru secara garis besar diarahkan untuk kondisi khusus dalam kehidupan Gereja. Artinya… bahwa pengarang [kitab] akan memasukkan apa yang ia ingin sampaikan pada kondisi tertentu dan tidak menyertakan sesuatu yang tidak perlu jika tidak sesuai dengan maksudnya.” Maka untuk konteks 1 Tes 4:13-18, Rasul Paulus menekankan kebangkitan untuk menghibur umat Kristen yang berduka; sedangkan 2 Tes 1:3-10, ia menekankan pada penganiayaan dan penghakiman untuk menguatkan umat Kristen yang sedang menderita penganiayaan. Namun demikian, Rasul Paulus tetap mengacu pada kejadian yang sama, yaitu: Kedatangan Kristus yang kedua yang terjadi hanya satu kali, dengan kemuliaan-Nya. Moo kemudian membandingkan dengan penuturan dan penekanan yang berbeda pada ke-empat Injil tentang kisah sengsara Yesus di salib, namun semuanya mengacu pada kejadian yang satu dan sama, yaitu penyaliban Yesus di Golgotha.

Jadi apa pengajaran Bapa Gereja mengenai akhir jaman?

  1. St. Yustinus Martir (100-160): “…. Dua kedatangan Kristus yang telah diberitakan, adalah: pertama waktu Ia datang dalam penderitaan, tidak dalam kemuliaan, tidak dihormati dan disalibkan; tetapi kemudian Ia akan datang [kembali] dari surga dengan kemuliaan, ketika … Antikristus [lihat 2 Tes 2:3] yang mengajarkan hal-hal yang menentang Yang MahaTinggi, datang untuk melakukan hal-hal yang jahat di dunia melawan orang-orang Kristiani.” Maka di sini kita ketahui hanya ada dua kali kedatangan Kristus. Kedatangan yang kedua adalah setelah Gereja mengalami penganiayaan yang disebabkan oleh Antikristus. Tidak disebutkan adanya ‘secret rapture’ untuk membebaskan orang percaya dari penderitaan/ tribulations.
  2. St. Irenaeus (125-203): St. Irenaeus, yang adalah murid St. Policarpus, yang adalah murid St. Yohanes, mengatakan bahwa ke-10 raja yang disebut dalam Dan 7:24 dan Why 17:12, akan “memberikan kerajaan mereka kepada Antikris, dan mengusir Gereja.” Tetapi, para orang beriman akan bertemu dengan Tuhan pada “kebangkitan orang-orang benar, yang akan terjadi setelah kedatangan Antikristus, dan kehancuran semua bangsa di bawah kepemimpinannya. Di sini juga jelas bahwa Gereja harus bertahan menghadapi penderitaan/ tribulation yang disebabkan oleh Antikristus, namun kemudian Kristus akan datang dan mengunpulkan para kudusnya dalam kebangkitan orang mati.
  3. St. Hippolytus (wafat 235): Ia juga mengajarkan dalam komentar kitab Daniel 12:1, bahwa akan terjadi masa kesulitan setelah kedatangan Antikristus yang menyebabkan kehancuran, baru setelah itu Kristus akan datang terakhir kali dari surga, “yang membawa api dan pengadilan yang adil bagi mereka yang menolak untuk percaya kepada-Nya.” Di sini juga tidak disebutkan bahwa ada kedatangan Yesus yang ‘ekstra’ dan rahasia untuk membebaskan Gereja dari penderitaan terakhir.
  4. Selanjutnya, pengajaran senada juga diajarkan oleh para Bapa Gereja, seperti dalam Surat-surat Barnabas, Hermas, Didache, Tertullian, Lactantius, Melito dari Sardis dan Methodius.
  5. St. Jerome (342-420), dengan mengacu pada beberapa ayat dalam Alkitab mengajarkan, bahwa orang-orang Kristen akan mengalami ‘final tribulation’ seperti yang mereka alami dalam setiap generasi. “Kamu keliru jika kamu menyangka bahwa tidak akan ada waktu bagi orang-orang Kristen untuk menderita akibat penganiayaan Iblis… Harinya akan datang…terberkatilah pelayan yang didapati Tuannya siap sedia. Lalu pada suara sangkakala dan bangsa-bangsa ketakutan, namun kamu malah bersuka cita… sebab kamu akan bergembira, tertawa dan berkata, Lihatlah, Tuhanku yang tersalib, lihat, Hakim-ku.”
  6. St. Agustinus (354-430), mengatakan bahwa, “Allah yang Maha Besar sama sekali tidak membebaskan para kudus-Nya dari pencobaan, tetapi hanya melindungi hati mereka (“the inner man”), di mana iman berada, supaya dengan pencobaan dari luar, mereka [malah] bertumbuh di dalam rahmat… Pencobaan/penganiayaan ini yang terjadi di hari terakhir adalah sangat hebat, dan akan menjadi yang terakhir untuk dihadapi oleh Gereja yang Kudus di seluruh dunia, seluruh kota Kristus akan diserang oleh kota Iblis, yang keduanya ada di dunia.” Lalu St. Agustinus mengatakan, bahwa Kristus akan datang kembali untuk membangkitkan orang mati dan menghakimi dunia. “Kebangkitan pertama” yang disebutkan dalam Why 20:5 diartikan sebagai Pembaptisan dan kehidupan dalam rahmat yang diberikan kepada umat beriman melalui sakramen-sakramen Gereja. Jadi uraian St. Agustinus jelas mengatakan, bahwa kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi hanya satu kali, dalam kemuliaan, dan dapat dilihat oleh semua orang, sebagai akhir dari penderitaan yang besar yang dialami Gereja.
  7. St. Yohanes Krisostomus (347-407) juga percaya bahwa “pengangkatan” orang beriman akan terjadi bersamaan dengan kedatangan Kristus kembali dengan mulia di akhir sejarah manusia, untuk membangkitkan orang-orang mati dan menghakimi dunia. Dalam komentarnya terhadap 1 Tes 4:15-17 dia menjawab pertanyaan, “Kalau Kristus hendak turun ke dunia, mengapa kita perlu ‘diangkat’? Jawabnya adalah: “demi menghormati Dia. Di sini St. Yohanes menghubungkan pengangkatan dengan kebiasaan di masyarakat kuno, yang menyambut raja yang datang menuju tempat tujuannya. Bahkan hal ini njuga terjadi pada keluarga, dimana ketika ayah datang, maka anak-anak datang menyambutnya.
  8. St. Thomas Aquinas (1225-1274) Ia mengutip St. Gregorius Agung yang dikutip oleh St. Albert yang mengatakan bahwa “suara sangkakala itu tidak lain adalah Sang Putera Allah yang turun ke dunia untuk menjadi Hakim. Hal ini berkaitan dengan Mat 24:27, “Sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pula-lah kelak kedatangan Anak manusia.”

Dari tulisan di atas, kita mengetahui, bahwa sepanjang sejarah Gereja, para Bapa Gereja tidak mengenal adanya teori “secret rapture”. Walaupun para rapturist ada yang mengutip suatu tulisan kuno yang tak jelas siapa pengarangnya, namun yang mungkin dipercayai oleh sejumlah umat Kristen awal. Pengarangnya disebut sebagai “Pseudo-Ephraem.” Dalam teks kuno tersebut memang ada bagian yang jika dilepaskan dari konteksnya, dapat seolah mendukung teori rapture. Namun, sesungguhnya pernyataan tersebut cukup problematik, sebab secara keseluruhan teks tersebut menceritakan tentang kedatangan Kristus dengan kemuliaan-Nya diiringi oleh para malaikat dan para kudus-Nya untuk membangkitkan orang-orang mati pada Hari Penghakiman. Sehingga, hal bertentangan dengan pengangkatan orang beriman yang sudah meninggal secara rahasia/ secret rapture. Juga, pada teks yang sama dikatakan bahwa umat Kristen akan mengalami penderitaan akhir/ final tribulation di bawah Antikris, jadi ini juga bertentangan dengan pandangan bahwa secret rapture adalah untuk membebaskan para beriman dari penderitaan akhir.

Namun, seandainya pun ada yang menganggap teks ini adalah dasar pengajaran “secret rapture”, maka sesungguhnya, secara objektif dapat dikatakan bahwa pandangan tersebut hanyalah merupakan pendapat sekelompok jemaat awal berdasarkan dari pengarang yang tidak dikenal yang tidak mempunyai wewenang mengajar di Gereja, dan tidak sesuai dengan pengajaran para Bapa Gereja yang lain.

Pengajaran para pendiri Gereja Protestan tentang akhir jaman

Baik Luther maupun Calvin mengikuti pengajaran St. Agustinus: bahwa Gereja tidak dilepaskan dari penderitaan/ tribulation di tangan Antikristus, namun akhirnya, Kristus akan kembali dengan kemuliaan-Nya:

  1. Martin Luther, mengomentari kitab Wahyu, mengatakan bahwa kitab itu merupakan penjabaran tentang “penderitaan dan bencana yang akan terjadi pada dunia Kristen sepanjang sejarah.”
  2. John Calvin mengatakan, bahwa Antikristus akan menyelesaikan “penceraiberaian Gereja secara publik”. Namun akhirnya, Kristus akan mengalahkannya “dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya [dengan segala kesesatannya], pada saat Ia datang kembali.” (lih. 2Tes 2:8). Maka bahkan Calvin sendiri yakin bahwa kejadian 1 Kor 15:20-28 dan 1 Tes 4:13 adalah satu kejadian. Ia mengatakan, perihal bunyi sangkakala terakhir,….”I prefer to understand the expression as metaphorical. In 1 Tes 4:16, …connects together the voice of the archangel and the trumpet of God. As therefore a commander, with the sound of a trumpet, summons his army to battle, so Christ, by His far- sounding proclamation, which will be heard throughout the whole world, will summon all the dead… to the tribunal of God.

Jadi apa prinsip pengajaran Gereja Katolik tentang kedatangan Yesus yang kedua?

Secara prinsip ada empat hal yang perlu kita ketahui:

1. Kedatangan Yesus yang kedua tidak akan terjadi secara rahasia, melainkan akan terjadi secara publik, kelihatan oleh semua orang, penuh dengan kemuliaan, dan kejayaan. Maka, kedatangan Kristus yang kedua hanya akan terjadi satu kali saja.

  • “Lihat, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” (Why 1:7).
  • “… semua bangsa di bumi…. akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan kekuasaan dan kemulianNya.” (Mat 24:30)
  • Kedatangannya akan diiringi dengan bunyi sangkakala (Mat 24:31)
    “…. dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia” (Mat 25:31)

2. Kedatangan-Nya yang kedua akan datang tanpa diduga, dengan cara yang sama seperti saat Ia naik ke surga, dan diikuti oleh Penghakiman Terakhir yang mencakup semua orang.

  • “Hendaklah kamu siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Mat 24:44)
  • “Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga” (Kis 1:9-11).
  • Kedatangan Kristus akan menjadi akhir dunia dan membawa semua manusia kepada Pengadilan Terakhir (Mat 25) ….”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang …” (Mat 25:31-32)

3. Seperti Yesus mengingatkan para murid-Nya, Gereja akan mengalami banyak penganiayaan sebelum kedatangan-Nya yang kedua. Kekuatan Iblis akan menyerang umat Allah, dan para beriman tidak dibebaskan dari kesulitan ini. Namun Tuhan akan memberikan rahmat untuk bertahan, dan siapa yang bertahan sampai kesudahannya melalui pemurnian dan kesetiaan dalam pencobaan ini, akan diselamatkan (lihat perikop tentang Siksaan yang berat dan mesias-mesias palsu pada Mat 24:15-28, Mrk 13:14-23, Luk 21:20-24).

4. Tuhan mengajarkan bahwa saat kedatangan Kristus yang kedua tidak dapat diketahui sebelumnya (lih. KGK 673)

  • “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Mat 24:42)
  • “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Maka KGK 1040 mengatakan, “Hanya Bapa yang mengetahui hari dan jam, Ia sendiri menentukan, kapan itu akan terjadi.”

Kesimpulan

Sementara banyak gereja Protestan mengajarkan tentang akhir jaman ini dengan begitu banyak variasinya, yang bahkan bisa saling bertentangan, Magisterium Gereja Katolik memang memilih dengan tenang untuk teguh berpegang pada Tradisi yang diajarkan oleh para Bapa Gereja. Intinya, kedatangan Yesus yang kedua hanya terjadi satu kali, tiba-tiba dan tak dapat diketahui sebelumnya oleh manusia, dan Kristus akan datang dengan kemuliaan-Nya. Gereja Katolik tidak berusaha meramalkan siapakah Antikristus, ataupun menghubungkan skenario kitab Daniel dan kitab Wahyu. Namun bukan berarti kita layak mengacuhkannya, sebab permenungan akan akhir dunia akan sangat berguna untuk meletakkan kehidupan sehari-hari dalam perspektif yang benar, agar kita tidak terlena dengan kesenangan dan harta duniawi. Hal akhir jaman ini memang layak kita cermati, walaupun itu hanya menyadarkan kita bahwa kita mempunyai beberapa kemungkinan jawaban daripada sesuatu yang sudah pasti.

Selanjutnya, sebagai umat Katolik, tak usah kita lekas gelisah jika mendengar tentang pengajaran tentang akhir jaman. Akhir jaman memang harus menjadi perhatian kita, namun maksudnya agar kita dapat hidup dengan lebih baik dengan mempergunakan waktu yang Tuhan berikan pada kita dengan sebaik-baiknya untuk berbuat kasih dan kebaikan. Kita tidak perlu turut menghitung tahun dan waktu kedatangan Yesus yang kedua, karena besar kemungkinan hal itu tidak benar, seperti yang telah terbukti dalam sejarah manusia. Hasil hitungan kita akan hanya menambah panjang daftar kekeliruan ramalan manusia akan perhitungan akhir jaman, sebab Tuhan sendiri mengatakan bahwa kita tidak akan tahu hari mana Ia akan datang (Mat 24:42). Namun sebaliknya, kita juga tidak boleh mengacuhkan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua ini, apalagi sampai hidup seolah-olah tidak akan ada Hari Penghakiman. Sebab jika demikian, kita akan menyesatkan diri sendiri dan akan menerima ganjarannya di akhir jaman nanti. Jadi, mari kita melakukan apa yang diajarkan oleh Gereja, yaitu, berjuang untuk hidup kudus, dengan mengasihi Tuhan dan sesama, sesuai dengan panggilan hidup kita, entah sebagai kaum awam atau kaum tertahbis. Supaya jika saatnya tiba, entah pada akhir hidup kita, ataupun jika kita masih hidup, pada hari kedatangan-Nya, maka kita didapati-Nya sebagai hamba yang setia dan berjaga-jaga. Agar kita boleh mendengar sabda-Nya, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Mat 25:34).


Father Frank Chacon, Jim Burnham, Beginning Apologetics: The End of Time, (Farmington, NM: San Juan Catholic Seminars), p. 3.

Paul Thigpen, The Rapture Trap, PA: Ascension Press, 2001, p. 127.

Menurut Konsili Nicea, 325 AD

Lihat A Catholic Commentary on Holy Scripture, gen ed. Dom Orchard, OSB, New York: Thomas Nelson and Sons Ltd., 1953, p. 896.

Diterjemahkan dari Douglas J Moo, “Response to Feinberg” in Gleason L Archer, et al., The Rapture: Pre- Mid-, or Post- Tribulational? (Grand Rapids, Mich: Zondervan, 1984), p. 99-100.

Diringkas dari The Rapture Trap, Paul Thigpen, PA: Ascension Press, 2001, p. 132-140.

St. Yustinus Martir, Dialogue with Trypho, 110, , dapat dilihat dalam The Ante-Nicene Fathers: Translations of the Writings of the Fathers Down to AD 325, Alexander Roberts and James Donaldson, eds. (Grand Rapids, Mich: Eerdmans, 1987, reprint). 10 volumes.

St. Jerome, Letter XIV.

St. Augustine of Hippo, City of God, XX, 8, 11, 14

St. John Chrysostom, Homilies on Thessalonians, VIII, “When a king drives into a city, those who are in honor go out to meet him; but those who are condemned await the judged inside the city. And at the coming of an affectionate father, his children and all those who are worthy to be his children are taken out to Him in chariot, so that they may see him and kiss him. But those of his servants who have offended him remain inside the house. We are carried upon the chariot of our Father. For He received Christ up in the clouds, and we shall be caught up in the clouds [see Acts 1:9]. Do you see how great is the honor? And as He descends, we go forth to meet Him…so shall we be with Him.“ (see 1 Tes 4:17)

St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, Suppl. Q.77. Art.2.

Pseudo, disini artinya, menurut Wikipedia: The prefix pseudo (from Greek ?????? “lying, false”) is used to mark something as false, fraudulent, or pretending to be something it is not. Jadi Pseudo- Ephraem, adalah tulisan yang diperkirakan seperti tulisan St. Ephraem tetapi sebenarnya bukan.

For the saints and elect of God are gathered, prior to the tribulation that is to come, are taken to the Lord lest they ever see the confusion that is to overwhelm the world because of our sins….” Seperti dikutip oleh Gundry, First the Anti Christ, 162-63. Buku ini menceritakan pandangan Protestan tentang akhir jaman. Namun secara keseluruhan kita dapat melihat bahwa pandangan seorang evangelical Protestant dapat menentang ajaran “secret rapture” ini. Juga hal ini dijelaskan dalam buku Gundry yang lain, The Church and Tribulation.

Martin Luther, Preface to the Revelation of St. John, II; and Sermon on John 16:13.

John Calvin, Commentary on First Corinthians, 52.

Lihat Konstitusi Dogmatik tentang Gereja, Lumen Gentium bab 5, Panggilan untuk hidup kudus.

0 komentar:

Posting Komentar