Jumat, 18 September 2009

MARTIN LUTHER DAN GERAKAN PROTESTANTISME


MARTIN LUTHER DAN GERAKAN PROTESTANTISME

Faktor lain yang menandai peralihan iman Abad Pertengahan ke Zaman Modern ialah timbulnya perpecahan di dalam iman Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Memang pada tahun 1054 sudah pernah terjadi perpecahan antara Gereja Katolik Barat yang berpusat di Roma dengan Gereja Katolik Timur yang berpusat di Konstantinopel atau Istambul. Namun, itu hanya disebabkan oleh perbedaan bahasa dan budaya (Romawi dan Yunani), serta barangkali karena ada persaingan, mana yang lebih penting dan berkuasa sebagai Pusat Gereja, Roma atau Istambul.

Gerakan Protestantisme yang dimulai oleh Martin Luther tahun 1517 adalah fenomena iman Zaman Modern yang sangat menarik. Tokoh Martin Luther sendiri tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi orang sepenting itu dalam sejarah. Apa yang ia lakukan sebenarnya hanyalah suatu pencarian kepastian untuk kebenaran iman pribadinya. Namun, efeknya ternyata bisa mempengaruhi kehidupan umat Kristen di Eropa yang pada Abad Pertengahan serba tunggal dan homogen, menjadi plural dan heterogen.

Realitas plural tersebut pada gilirannya nanti masih akan menghasilkan efek-efek lain, seperti kesadaran akan otonomi pribadi, kesadaran akan kebebasan individu, keberanian untuk berpikir sendiri dan berpendapat, serta keberanian untuk berbeda. Semua ini justru merupakan hal yang tabu pada masa Abad Pertengahan. Pada saat itu setiap orang beriman harus tunduk pada dogma Gereja yang sama. Inilah realitas modernitas yang sampai sekarang kita warisi.

Protestantisme adalah fenomena abad ke-16 yang warisan sejarahnya terus mewarnai kehidupan beragama sampai sekarang. Protestantisme sesungguhnya tidak identik dengan Martin Luther. Memang Luther sering dianggap sebagai pioner Protestantisme, namun sebenarnya gerakan Protestantisme itu mempunyai banyak bentuk. Hal ini disebabkan pelbagai macam sumber dan terjadi hampir serentak di banyak negara. Secara umum diketahui pula bahwa Jean Calvin dari Perancis (1509-1564) dan Ulrich Zwingli dari Swiss (1484-1531) juga menjadi tokoh-tokoh gerakan reformasi Protestan.

Beberapa faktor lain yang menyebabkan timbulnya Protestantisme ialah semangat nasionalisme, humanisme, munculnya kelas menengah dalam masyarakat(bourgeoisie), semangat pembaharuan moral, pembaharuan disiplin mistik, dan beberapa protes terhadap Gereja sebelum Reformasi, seperti gerakan Lollards, kaum Hussites, kaum Waldenses. Lollards adalah nama kelompok pembaharuan di bawah pimpinan John Wyclif, seorang teolog terkenal di Universitas Oxford, Inggris tahun 1350. Kaum Hussites adalah pengikut kelompok pembaharuan Jan Hus (1369-1414). Jan Hus sendiri diinspirasikan oleh John Wyclif, sedangkan kaum Waldensis adalah pengikut Peter Waldo (1177), seorang petani kaya di Lyon, Perancis, yang meninggalkan kekayaannya dan berkhotbah kepada para petani miskin di sana untuk menghayati kemiskinan Injili. Mereka sebenarnya juga memulai pembaharuanpembahar uan di dalam Gereja.

Namun, Luther akhirnya menjadi tokoh yang dominan dan khusus bagi asul-usul terbentuknya Lutheranisme, salah satu bentuk Protestantisme yang jumlahnya paling besar dan paling berpengaruh dalam sejarah Gereja.

Martin Luther

Martin Luther adalah produk kekristenan Roma Katolik Abad Pertengahan. Ia lahir di Eisleben, Jerman, 10 November 1483. Ketika Columbus menemukan Benua Amerika, Luther baru berumur 9 tahun. Ia anak pertama dari 7 bersaudara. Ayahnya seorang petani yang mandiri, hemat dan pekerja keras. Ketika usia Luther menginjak remaja, orangtuanya semakin makmur karena usaha pandai besinya. Suasana dalam keluarga sangat religius. Sama seperti kebanyakan petani Jerman pada waktu itu.

Luther muda dididik dalam penghayatan takut kepada Tuhan, percaya kepada surga, neraka, malaikat, orang kudus, setan-setan, dan roh jahat. Ia akan berdiri ketakutan ketika berdiri di hadapan patung Kristus Sang Hakim. Namun, ia juga percaya akan pengantaraan Bunda Maria, para rasul, dan orang kudus. Ia diajari doa Bapa Kami, 10 Perintah Allah, dan Aku Percaya. Ia patuh tanpa syarat kepada Gereja Katolik sebagaimana yang ia tahu.

Pada umur 7 tahun ia mulai bersekolah hingga mencapai jenjang Perguruan Tinggi. Secara fisik ia sehat dan kuat. Secara intelektual ia sangat cerdas. Materi pelajaran yang ia terima ialah adat kebiasaan Abad Pertengahan. Ia sangat sedikit diajari humanisme. Kemudian ia belajar di universitas Jerman yang terkenal, Erfurt, dan diajari teologi skolastik William Ockham yang merupakan aliran filsafat paling top waktu itu.

Ajaran Ockham bertolak belakang dengan Thomas Aquinas. Aquinas mengajarkan: "Tuhan memerintahkan suatu hal, karena hal itu memang baik pada dirinya." Bahasa Latinnya: "Praeceptum quia bonum." Misalnya, perintah Tuhan agar kita mengasihi sesama diberikan karena pada dasarnya kasih itu baik adanya. Menurut Aquinas, Tuhan tidak bisa memerintahkan hal yang kontradiksi: misalnya perintah untuk membenci Tuhan dan sesama manusia. Karena membenci adalah hal yang salah.

Sedangkan, Ockham mengajarkan: "Tuhan memerintahkan, maka hal itu menjadi baik." Bahasa Latinnya kebalikan dari kata-kata Aquinas tadi: "Bonum quia Praeceptum." Perintah Tuhanlah yang menyebabkan sesuatu baik. Biarpun sesuatu itu menurut pandangan manusia adalah jahat. Misalnya, jika Tuhan memerintahkan Anda untuk membunuh seseorang, maka membunuh itu menjadi baik karena sudah diperintahkan oleh Tuhan.

Kedengarannya ajaran William Ockham ini aneh. Tetapi bukankah kaum ekstrimis zaman sekarang ini juga ada yang berkeyakinan bahwa membunuh atas nama Tuhan adalah baik dan mendatangkan pahala? Karena Tuhan Mahakuasa, Ia bebas memerintahkan apa saja.

Hal lain yang diajarkan oleh Ockham ialah bahwa kebenaran iman Kristiani tidak bisa dibuktikan, hanya bisa diterima dengan iman melalui otoritas Gereja dan Kitab Suci. Sejauh mana pengaruh ajaran William Ockham ini terhadap ajaran justifikasi Protestan yang sering disebut "Sola Fides, Sola Gratia, Sola Scriptura" yang menjadi ciri khasnya itu? Perlu diselidiki lebih lanjut. Namun, Luther yang dididik dalam teologi Ockhamisme mendapat gambaran tentang Tuhan yang Mahakuasa dan manusia yang tidak berdaya di hadapan-Nya. Manusia hanyalah makhluk kecil dan fana yang sama sekali tergantung dari kekuasaan Tuhan yang dapat bertindak sekehendak hati-Nya. Luther lulus Master of Arts pada bulan Mei 1505 pada umur 21 tahun dan mulai belajar Hukum. Waktu itu ayahnya sangat gembira karena Luther akan mempunyai karier yang baik.

Luther Menjadi Rahib Ordo Santo Agustinus

Akan tetapi tiba-tiba Luther membatalkan studi hukumnya, dan pada bulan Juli 1505 (hanya dua bulan sesudah ia lulus MA) secara mengejutkan ia masuk biara. Bisa dipastikan ayahnya sangat kecewa dengan keputusan itu. Apa yang menyebabkan perubahan keputusan Luther ini? Menurut legenda, suatu hari ketika ia sedang berjalan-jalan di musim panas, suatu kilat menjatuhkan dia dan membuat dia ketakutan seperti akan mati. Ia lalu memohon kepada St. Anna dan berjanji seandainya ia bisa selamat, ia akan menjadi seorang rahib.

Ia memang dibesarkan dalam semangat takut akan Tuhan dan keyakinan yang hidup akan penghakiman surga dan neraka. Pada masa studinya di Erfurt ia juga pernah mengalami depresi yang mendalam yang ia sebut Anfechtungen(fighting atau pergumulan). Mungkin ketakutan disambar petir itu membuat Luther semakin takut akan kematian dan neraka. Dan bisa dimengerti pula bahwa untuk menyelamatkan diri dari ketakutan itu, ia memilih masuk biara supaya hukuman neraka bisa dihindari dan surga bisa dicapai.

Ketika memutuskan untuk masuk biara, Luther tidak mau mencari biara yang gampang-gampang saja. Karena itu ia memilih bergabung ke dalam Biara Santo Agustinus di Erfurt yang sangat ketat. Tujuannya agar ia mendapatkankepastian akan keselamatan melalui kesucian hidup. ***

0 komentar:

Posting Komentar